JAKARTA — Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menegaskan tahun 2021 harus menjadi tahun kebangkitan pariwisata dan ekonomi kreatif. Sandi mengajak seluruh pemangku kepentingan di sektor parekraf untuk dapat kerja bersama termasuk membangun narasi positif sehingga sektor ini dapat menjadi lokomotif kebangkitan ekonomi dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya.
Ia mengatakan, pada tahun 2019, tercatat lebih dari 34 penduduk Indonesia yang menggantungkan ke sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Lebih dari 90 juta jiwa lainnya turut terkait dan menikmati manfaat dari pariwisata dan ekonomi kreatif. Mereka tersebar ke 31 subsektor lapangan usaha dalam cakupan pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Angka-angka ini sangat besar, menunjukkan sangat luar biasa sektor pariwisata dan ekonomi kreatif untuk menjadi daya ungkit ekonomi,” kata Sandiaga Uno dalam Siaran Pers Kemenparekraf, Rabu (30/12).
Namun, pandemi Covid-19 cukup memberikan dampak yang luar biasa besar bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Kunjungan wisatawan menurun drastis, tingkat keterisian kamar hotel jadi menurun. Restoran dan sektor lainnya pun terdampak karena pergerakan wisatawan menurun.
“Tahun 2020 ini mengharuskan kita untuk bertahan dan berbenah. Kemenparekraf di bawah komando Mas Wishnutama telah menetapkan fondasi yang baik dengan berbagai program mitigasi dampak sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo,” ujarnya.
Diantaranya seperti perlindungan sosial, program padat karya, dan berbagai stimulus bagi industri dan pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif. “Tahun 2021 adalah momentum tahap awal pemulihan kita, tetapi kita harus disiplin dalam melakukan penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE atau kebersihan, kesehatan, keselamatan dan keberlanjutan lingkungan (K4). Sosialisasi, program kemitraan, hingga dana hibah akan terus kita lakukan,” kata Sandiaga menambahkan.
Sandiaga menjelaskan, ada tiga pilar yang akan menjadi program Kemenparekraf dalam membangkitkan pariwisata dan ekonomi kreatif di tahun 2021. Pertama adalah inovasi, yakni diantaranya dengan pendekatan Big Data untuk memetakan potensi dan menguatkan berbagai aspek pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Inovasi menyeluruh sebagai dasar akselerasi pengembangan pariwisata, mulai dari kesiapan infrastruktur, menciptakan produk-produk, dan layanan unggulan yang berkelanjutan yang menyentuh ekonomi masyarakat.
Pilar kedua adalah adaptasi, yakni membiasakan dan mendisiplinkan penerapan protokol CHSE atau K4 di setiap destinasi pariwisata sebagai bentuk adaptasi kebiasaan baru. Salah satu terobosan yang dilakukan Kemenparekraf adalah dengan melakukan sertifikasi CHSE gratis.
“Sertifikasi ini penting, karena ketika konsumen melihat ada stiker tersebut mereka akan yakin bahwa lokasi atau destinasi tersebut aman. Ini salah satu cara kita berikan standarisasi penerapan protokol,” kata Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo.
Angela mengatakan, program ini akan dijalankan dan diperluas di tahun 2021 mendatang. Dengan kerja sama Kemenkes, pihaknya akan memperluas cakupan E-HAC (Electronic-Health Alert Card) yang dapat memantau pergerakan wisatawan dan juga crowd control,” kata Angela.
Sementara pilar yang ketiga adalah kolaborasi. Kemenparekraf/Baparekraf sebagai fasilitator aktif akan berkolaborasi dengan ekosistem parekraf untuk dapat menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya.
Sumber: