METROSIDIK.CO.ID, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan agar harga tes Corona metode polymerase chain reaction (PCR) diturunkan menjadi kisaran Rp 450-550 ribu. Direktur marketing Lab Hamera Esa Tjatur Setiawan menyoroti penurunan harga tersebut.
Hamera Laboratorium yang teletak di Jalan Terusan Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara menyebut permintaan penyesuaian tarif Tes Covid-19 menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) oleh Presiden Joko Widodo tidak merugikan.
“Penyesuaian tarif di Hamera itu bagi kami bukan sesuatu yang sifatnya merugikan Hamera atau merugikan laboratorium, karena sesungguhnya Hamera sejak awal itu berani bermain di level harga yang rendah,” ucap Esa saat dihubungi, Senin (16/8/2021).
Esa menjelaskan, kalau sejak 3 Juni 2021, tarif tes PCR di Hamera Lab hanya Rp475 ribu.
Namun hal tersebut Hamera Lab dinilai merusak pasaran harga yang berlaku sejak Kementerian Kesehatan melalui surat edarannya nomor HK. 02.02/I/3713/2020 tentang Batasan Tarif Tertinggi Pemeriksaan Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) menetapkan harga tarif PCR tertinggi Rp900 ribu.
Karena, surat edaran tersebut disahkan oleh Plt. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Prof dr Abdul Kadir, Senin 5 Oktober 2020 lalu.
“Saat itu, ada yang mengeluh kepada Hamera, kepada saya. Pak, jangan rusak pasar, jangan rusak pasar. Ini ada konsensi Lab-Lab untuk bagaimana mempertahankan harga. Kepentingannya bukan Indonesia lagi, tapi komersial,” ungkap Esa.
Atas desakan-desakan itu, maka Hamera Lab menetapkan harga PCR di bawah Rp900 ribu atau Rp699ribu waktu itu. Namun, sejak 3 Juni 2021, Pekerja Migran Indonesia (PMI) repatriasi dan semua tes yang bekerja sama dengan pemerintah dipatok dengan harga Rp 475 ribu.
Esa menegaskan, kalau Negara sudah harus hadir dan mengetahui berapa jumlah idealnya harga PCR, yaitu Rp300 ribu.
“Idealnya harga PCR ke depan Rp300 ribu,” ucap Esa.
PCR itu awalnya dibilang mahal karena Reagen, yang masih impor. Sementara alat lainnya, di Indonesia, alat PCR itu sudah ada. Harga Reagen di Indonesia untuk jenis-jenis yang sering dipakai di banyak Lab di Jakarta yang kini ada 118 Lab, seperti Tianlong misalnya, itu harganya di bawah Rp180 ribu.
“Jauh (harganya), kenapa? Ini soal moral, soal mental. soal aji mumpung. Mereka memanfaatkan dengan harga… sebenarnya mereka based on Reagen itu masih harga Rp160 ribu, masih jauh di atas tarif standar Rp300ribu. Jadi itu masih memberi untung,” ungkap Esa.
Saat ini, Kementerian Kesehatan mengatur batasan tarif tertinggi tes PCR di Pulau Jawa dan Bali sebesar Rp495 ribu. Untuk luar Pulau Jawa dan Bali sebesar Rp525 ribu.
Esa mengapresiasi penurunan tarif tersebut yang hampir 50 persen tersebut. Namun, menurut dia, tarif PCR yang ditetapkan masih bisa turun menjadi Rp300 ribu.
Sebab, tarif tersebut masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan India. India saat ini PCR nya Rp95 ribu, disebut-sebut karena India mampu memproduksi Reagen.
Tarif PCR di Indonesia, menurut dia, memang mahal pada komponen impor yang harganya bertambah karena ada tarif impor. Tapi, komponen impor itu cuma Reagen. Sedangkan selain itu, sudah bisa diproduksi sendiri oleh Indonesia.