METROSIDIK.CO.ID — Banyak netizen yang mengecam Israel dan mendukung Palestina, namun ada pula yang membela Israel sambil menuding kelompok Hamas sebagai pemicu gejolak.
Kendati perang narasi di dunia maya itu dipandang wajar, pengamat Timur Tengah, Trias Kuncahyono, mengingatkan agar semua postingan itu harus disampaikan secara dingin dan melihatnya secara rasional.
“Harus seperti itu, kalau tidak akan menimbulkan persoalan yang besar, karena orang tidak tahu persis apa yang sesungguhnya terjadi, kemudian melebarkan pendapat, kemudian bisa memprovokasi orang, maka bisa menjadi persoalan besar,” ujarnya, Senin (17/5/2021).
Sementara hasil riset dari Indonesia Indicator selama 7 hingga 15 Mei lalu menyimpulkan “masyarakat Indonesia merasa memiliki kedekatan dengan Palestina.”
Pro-kontra warganet Indonesia
Perang narasi terkait konflik Israel – Palestina yang melibatkan warganet Indonesia terlihat jelas di beberapa akun media sosial.
Pro-kontra itu juga sering terlihat dalam komentar-komentar netizen atas berita-berita seputar konflik Israel-Palestina yang dimuat BBC Indonesia dalam akunnya di medsos.
Dari warganet biasa, aktivis, hingga politisi terlibat dalam pro-kontra itu. Mereka aktif mengunggah narasi pro ataupun kontra terkait konflik di Timur Tengah dengan beragam sudut pandang, mulai dari siapa yang patut bertanggung jawab hingga dukungan pandangan soal sikap Indonesia menghadapi krisis itu.
Hidayat Nur Wahid, contohnya. Politisi senior Partai Keadilan Sejahtera itu aktif setiap hari mengirimkan pandangan pribadi maupun meneruskan tautan berita yang mengecam aksi Israel atas Palestina.
Rabi Yahudi Ortodoks Ikut Demo, Dan Akui Malu dengan Tindakan Israel pada Palestina: Kami Bersama Kalian, Palestina. Tuhan Bersama Kita – Pikiran Rakyat Depok https://t.co/K71cm7Y2XG
— Hidayat Nur Wahid (@hnurwahid) May 17, 2021
Menurut Hidayat, pertikaian Israel-Palestina yang terjadi belakangan menunjukkan bahwa Israel merasa “sangat kuat” dan “bisa melakukan apa saja” dengan mengabaikan keputusan lembaga-lembaga internasional.
Dia menilai kekerasan di wilayah itu diawali apa yang disebutnya “provokasi” Israel, melalui “penjarahan” rumah-rumah milik warga Palestina oleh warga Yahudi di kawasan timur Yerusalem.
“Dari situ, mereka melakukan pengepungan masjid Al-Aqsa, melakukan pelemparan granat kejut dan gas air mata,” kata Hidayat kepada BBC Indonesia, Senin.
Menurutnya, apa yang terjadi di sekitar komplesk masjid Al-Aqsa itu didengar oleh “umat Islam di Gaza” yang kemudian melakukan “pembelaan”.
“Dan Israel kemudian terkaget-kaget,” ujar Wakil Ketua MPR itu.
Hidayat memberikan contoh apa yang disebutnya sebagai “perlawanan keras” kelompok Hamas dengan meluncurkan rudal ke wilayah Israel.
“Perlawanan kemudian bergulir di berbagai negara.”
Dia mengharapkan perlawanan ini nantinya dapat menjadi koreksi mendasar terhadap Israel, sekaligus menjadi masukan buat DK PBB dan OKI untuk penyelesaian secara damai di wilayah itu.
“Dengan solusi two states solution, sekaranglah waktu yang tepat agar Israel tidak melakukan kejahatannya dan memberikan kemerdekaan bagi Palestina,” kata Hidayat.