METROSIDIK.CO.ID — Pemerintah Indonesia menyepakati dibukanya 5 pelabuhan untuk dijadikan titik pergantian awak kapal internasional. Lima pelabuhan tersebut antara lain Tanjung Priok, Merak, Batam, Bali, dan Makassar.
Adanya pertukaran awak kapal ini akan menggerakkan perekonomian daerah di masa pandemi. Baik itu melalui penggunaan hotel untuk keperluan transit atau karantina dan belanja para pelaut saat berada di Indonesia.
“Indonesia bisa dapat potensi pendapatan negara antara Rp5 triliun sampai Rp10 triliun kalau kita bisa fasilitasi turun naiknya pelaut di Batam, Merak, Bali dan Makassar,” kata Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Basilio Dias Araujo dalam Konferensi Pers Virtual terkait Isu Perlindungan Pelaut di Jakarta, Rabu (17/2).
Basilio menjelaskan, di Batam terdapat Selat Malaka yang merupakan jalur lintas internasional. Setidaknya dalam satu tahun ada 90 ribu kapal yang melintas di sana.
Dalam satu kapal ada pergantian awak kapal sekitar 5-10 orang. Bila satu orang awak kapal membelanjakan uangnya Rp5 juta, maka potensi penerimaan negara di Batam sekitar Rp2,25 triliun sampai Rp4,5 triliun.
Begitu juga dengan wilayah lainnya. Di Merak potensi kapal yang melintas sebesar 56 ribu kapal. Di Bali 30 ribu kapal dan di Makassar 20 ribu kapal. Sehingga penerimaan negara dalam satu tahun sekitar Rp4,9 triliun sampai Rp9,8 triliun.
Sayangnya kata Basilio peluang-peluang ini belum bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Padahal ini bisa mendatangkan banyak devisa dari setiap kapal asing yang melakukan pertukaran awak di wilayah Indonesia.
“Akan tetap ini belum kita manfaatkan dengan baik,” kata dia.
Angka tersebut baru dari sisi pergerakan awak kapal. Belum termasuk aktivitas pengisian bensin, bunkering (minyak) dan perbekalan kapal untuk berlayar.
“Itu baru manusianya, belum soal bunkering, belum bicara provision itu potensinya bisa lebih dari USD 100 miliar,” kata dia.