GLASGOW, METROSIDIK.CO.ID — Sebanyak 23 negara telah berkomitmen untuk meninggalkan batu bara dalam pertemuan COP26 lalu, termasuk Indonesia. Hari ini di Glasgow, negara-negara dunia sepakat untuk bekerja sama mendukung transisi energi berkeadilan melalui Friends of Indonesia Renewable Energy (FIRE) Dialogues.
Transisi berkeadilan terhadap energi bersih dan penghapusan batubara secara massal adalah jantung dari Kepresidenan COP26 sebagai bagian dari upaya meminimalisasi kenaikan suhu sejalan dengan Paris Agreement.
“Dalam Global Coal to Clean Power Transition Statement, negara-negara juga berkomitmen untuk meningkatkan energi bersih dan memastikan transisi berkeadilan dari batubara,” demikian dikuti dari pernyataan Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, Senin, (8/11/2021).
Pengumuman ini menyusul dihapusnya pendanaan batubara, sejalan dengan langkah negara-negara maju menjanjikan dukungan baru untuk membantu negara berkembang merealisasikan transisi ke energi bersih.
Bank-bank dan institusi pendanaan juga telah membuat komitmen penting termasuk institusi global pemberi pinjaman besar seperti HSBC, Fidelity International dan Ethos telah sepakat untuk mengakhiri pendanaan batubara pada COP26.
Presiden COP26 Alok Sharma mengatakan, bahwa sejak awal kepresidenannya, Inggris secara jelas menyatakan bahwa COP26 harus menjadi COP yang menjadikan batubara bagian dari masa lalu.
“Dengan komitmen ambisius yang kita lihat hari ini, akhir dari listrik tenaga batu bara telah di depan mata,” tuturnya.
Sebanyak 25 negara termasuk mitra COP26 seperti Italia, Kanada, Amerika Serikat, dan Denmark secara bersama-sama dengan institusi pendanaan publik telah menandatangani kesepakatan yang dipimpin oleh Inggis untuk mengakhiri dukungan publik internasional terhadap energi fosil pada akhir 2022 dan memprioritaskan dukungan terhadap transisi menuju energi bersih.
Secara kolektif, hal ini akan mengalihkan dukungan publik dari bahan bakar fosil ke transisi energi bersih senilai sekitar USD17,8 miliar per tahun.
Negara berkembang termasuk Ethiopia, Fiji dan Kepulauan Marshal juga memberikan dukungannya, menandakan tumbuhnya kesamaan visi bersama. Ini adalah agenda inklusif yang harus mengakui pembangunan dan kebutuhan energi untuk semua ekonomi.
“Hari Energi pada COP26 merupakan tonggak pencapaian penting untuk membangun momentum terhadap Sustainable Development Goal 7 dan transisi energi berkeadilan,” ucap Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Energi Berkelanjutan, Damilola Ogunbiyi.
“Kita adalah arsitek masa depan berkelanjutan untuk dunia. Hari ini, saya menyerukan seluruh pemerintah untuk menaikkan ambisi yang dibutuhkan guna mengisi celah dan memastikan masa depan energi dengan tidak meninggalkan siapapun,” serunya.
Dikoordinasikan oleh Pemerintah Inggris, sejauh ini ada 12 negara yang telah turut menandatangani deklarasi tersebut termasuk Inggris dan Uni Eropa, mencakup jangkauanyang luas dari pendanaan dunia, semuanya sekarang bergerak menuju transisi berkeadilan untuk komunitas di seluruh dunia.
Dalam pengumuman terpisah, negara-negara berkembang hari ini mengambil langkah penting untuk beralih dari batubara ke energi bersih dan dukungan baru untuk merealisasikan hal ini telah diumumkan. India, Indonesia, Filipina, dan Afrika Selatan mengumumkan kerjasama dengan Climate Investment Funds untuk mengakselerasi transisi dari batubara, dengan dukungan USD2 miliar.
Indonesia dan Filipina juga mengumumkan kerja sama dengan Asian Development Bank untuk mendukung rencana penghentian dini terhadap penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara.