METROSIDIK.CO.ID, JAKARTA — Presiden Konferensi Perubahan Iklim PBB 2021 (COP26) Alok Sharma, tiba di Indonesia, Senin (31/5/2021).
Perlu diketahui Indonesia dan Inggris akan menjadi ketua bersama Dialog FACT (Forest, Agriculture and Commodity Trade) COP26, seiring 23 negara menyetujui pernyataan bersama yang berkomitmen untuk bekerja sama melindungi hutan dunia yang berharga sambil mempromosikan perdagangan berkelanjutan dan rantai pasokan komoditas pertanian.
Dalam kunjungannya itu Sharma menyebut, Indonesia akan memainkan peran penting dalam mencapai tujuan utama COP26.
“Untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1.5 derajat Celcius,” ujar Sharma di Jakarta, Senin (31/5/2021).
Selama perjalanannya ke Asia Tenggara, Sharma memuji upaya Indonesia untuk mengatasi deforestasi, menurunkan emisi dan memanfaatkan peluang pertumbuhan hijau.
Sharma menyambut baik kabar bahwa pekerjaan menuju target nol bersih tengah dilakukan oleh kementerian- kementerian Indonesia.
“Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemimpin global di bidang tenaga surya yang dapat mendorong pertumbuhan dalam dekade menentukan mendatang,” tambahnya.
Kunjungan Sharma ke Indonesia menindaklanjuti komitmen dari negara-negara G7 untuk mengakhiri semua pembiayaan baru untuk tenaga batu bara pada akhir tahun 2021 dan untuk meningkatkan dukungan bagi negara-negara yang rentan terhadap perubahan iklim.
Sharma mengungkapkan pesan yang konsisten ke semua negara tentang apa yang perlu dicapai dalam perjalanan menuju, dan pada COP26 dalam waktu lima bulan.
“Tujuan utama kami di COP26 adalah untuk menjaga, dalam jangkauan, prospek pembatasan kenaikan suhu global hingga 1.5C, yang ditandatangani oleh para pemimpin dunia sebagai bagian dari Perjanjian Paris enam tahun lalu,” paparnya.
“Saya datang ke Indonesia sebagai tindak lanjut jejak Iklim dan Lingkungan G7 yang sukses, yang telah saya pimpin bersama,” tambah Sharma.
Dalam perjalanan menuju COP26, seluruh G7 telah berkomitmen pada target nol bersih 2050 dan kontribusi yang ditentukan secara nasional pada 2030 menempatkan kami pada jalur yang tepat untuk mewujudkannya.
“Untuk pertama kalinya semua negara G7 setuju untuk mengakhiri pembiayaan batu bara luar negeri pada akhir 2021, serta menghentikan secara bertahap dukungan baru pemerintah untuk bahan bakar fosil internasional yang intensif karbon,” ucap Sharma.
Dikatakan Sharma saat ini perhatian dunia tertuju pada G20, negara-negara yang secara kolektif bertanggung jawab atas 80% emisi global dan dapat menunjukkan kepemimpinan global dalam iklim.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan Indonesia berpotensi menjadi “superpower di bidang perubahan iklim”.
“Indonesia memiliki salah satu potensi energi baru terbarukan terbesar di dunia, serta beberapa cadangan nikel dan mineral lain terbesar yang dibutuhkan untuk membuat teknologi energi baru terbarukan berfungsi. Indonesia memiliki peluang untuk memainkan peran utama dalam transisi dunia ke teknologi baru dan energi baru terbarukan, dan ke arah mana Indonesia berangkat, negara lainnya akan mengikuti,” ujar Owen.
Menurut Owen, Inggris dan Indonesia memiliki kemitraan jangka panjang di sektor iklim dan lingkungan.
“Kami senang bekerja dengan Indonesia dalam bidang kehutanan, komoditas berkelanjutan, kota dan transportasi, perencanaan rendah karbon, dan transisi energi serta masih banyak sektor lainnya. Kunjungan ini akan memperkuat pekerjaan yang kami lakukan bersama. Bersama-sama kita dapat membuat planet ini lebih aman untuk generasi mendatang,” pungkasnya.
Di hari pertama kunjungannya ke Indonesia, Sharma menggelar pertemuan dengan para menteri yang berperan penting dalam rencana Indonesia untuk mengatasi perubahan iklim, termasuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman & Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif.
Sharma dijadwalkan akan bertemu Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada Selasa (1/6/2021).
Sharma juga akan bertemu sekelompok anak muda Indonesia yang memperjuangkan aksi iklim dan lingkungan, mengunjungi hutan bakau di Jakarta Utara, serta akan membahas COP26 dan negosiasi perubahan iklim dalam acara diskusi publik secara daring yang diselenggarakan oleh Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI).