PEKANBARU. METROSIDIK.CO.ID — Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau mendirikan posko jaga di lokasi semburan gas dan lumpur, yakni di Pondok Pesantren Al Ihsan yang masih berada di sekitar areal perusahaan gas Energi Mega Persada (EMP) Bentu.
“Di pos jaga tersebut kini kita juga meminta bantuan dari perusahaan gas terkait untuk membantu menangani permasalahan semburan gas dan lumpur itu,” kata Gubernur Riau, Syamsuar dalam keterangan di Pekanbaru, Sabtu.
Ia menjelaskan bahwa pada Kamis (4/2), seluruh santri penghafal Al Quran sudah diungsikan ke pesantren induknya di kawasan Kubang, Kabupaten Kampar setelah luapan lumpur membanjiri kawasan Ponpes Al Ihsan Pekanbaru.
Menurut dia anak-anak santri sudah dipindahkan ke pondok induknya di Kubang, sedangkan masyarakat belum ada yang bermukim di dekat lokasi luapan itu.
Syamsuar menyebutkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau sudah diturunkan ke lokasi semburan lumpur, dan juga meminta bantuan dari perusahaan bidang pengeboran gas EMP Bentu.
Sementara itu petugas TNI berjibaku membantu memindahkan barang-barang di Ponpes Al Ihsan. Lokasi semburan lumpur itu tidak begitu jauh dari kantor Wali Kota Pekanbaru yang baru dioperasionalkan pemakaiannya atau berjarak sekitar 1 kilometer.
Di kawasan ponpes tersebut memang lokasi aliran pipa perusahaan gas.
Semburan gas dan lumpur itu berawal dari pengeboran sumur milik Pondok Pesantren Al Ihsan di Jalan Abdurrahman, pada Kamis (4/2). Namun saat pengeboran mencapai 115 meter, tiba-tiba keluar gas sekitar pukul 13.30 WIB.
Kemudian, sang penggali Ramadhan meninggalkan pekerjaannya karena khawatir berbahaya.
Pada malam harinya, atau pukul 20.00 WIB, warga sekitar mendengar ledakan keras, yang ternyata aliran lumpur ke luar dari dalam lubang tersebut. Ledakan itu mengakibatkan batu-batu dari dalam tanah beterbangan.
Kondisi bangunan pesantren sudah rusak parah atau tidak bisa digunakan lagi. Sebagian atap sudah roboh akibat tertimpa batu dan debu berwarna abu-abu mirip abu vulkanik. Sebagian bangunan lainnya ada yang masih utuh namun tertutupi debu.
Di dalam gedung juga bertaburan batu warna abu-abu yang terbentuk dari debu itu.
Jalanan di sekitaran pesantren tidak lagi kuning seperti sedia kala, justru berwarna abu-abu mendominasi bangunan, jalanan, serta pepohonan di sekitaran semburan gas. Pohon sawit dengan jarak puluhan meter dari sumur gas juga mati.
Jarak antara lokasi lubang gas yang bersumber dari pengeboran sumur itu milik pesantren itu tidak jauh dari sumur gas milik perusahaan EMP Bentu. Tampak papan nama bertuliskan berbahaya yang dipasang pihak perusahaan di sekitar lokasi.
Sumber: