JAKARTA, METROSIDIK.CO.ID — Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya akan melanjutkan stimulus kebijakan moneter untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional. Dia pun menegaskan bahwa saat ini stabilitas nilai tukar rupiah sesuai fundamental dan mekanisme pasar terus menjadi perhatian utama dari BI.
Perry juga memastikan bahwa suku bunga rendah dan likuiditas longggar akan terus dipertahankan sampai terdapat tanda-tanda tekanan inflasi.
“Selain itu, koordinasi stimulus moneter dari BI dan stimulus fiskal dari pemerintah juga terus dipererat, dengan melanjutkan kesepakatan keputusan bersama Menteri Keuangan dan Gubernur BI 12 April 2020 tentang skema dan mekanisme koordinasi pembelian surat utang negara dan atau surat berharga syariah negara di pasar perdana untuk menjaga kesinambungan pengelolaan keuangan negara,” ungkapnya dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) secara virtual, Senin (1/2).
Perry menambahkan, BI juga tengah mengembangkan instrumen derivatif jangka panjang. Hal itu dilakukan antara lain dengan Cross Currency Swap (CCS) dan Interest Rate Swap (IRS) untuk meningkatkan pengelolaan risiko sektor usaha melalui lindung nilai atas eksposur nilai tukar dan suku bunga dalam rangka mendukung fleksibilitas pembiayaan ekonomi dan infrastruktur jangka panjang.
Untuk mendukung pengembangan sektor-sektor prioritas investasi, BI juga terus mengoptimalkan transaksi valuta asing melalui skema Local Currency Swap (LCS).
“LCS sebagaimana diketahui adalah kerja sama untuk penyelesaian transaksi perdagangan bilateral dan investasi melalui perdagangan billateral currency masing-masing,” kata Perry.
Terkait dengan LCS, lanjut Perry, Indonesia sudah melakukan kerja sama dengan Jepang, Malaysia, Tiongkok, Thailand. Selain itu, terdapat tiga kebijakan terkait LCS ini.
Pertama ialah perluasan bank yang ikut dalam LCS, di mana bank tersebut sudah bekerja sama dengan negara mitra diperbanyak dan juga mereka diperbolehkan untuk melakulan penyelesaian perdagangan dan investasi menggunakan local currency.
“Sehingga ini akan semakin mendorong trade and investment khususnya sektor prioritas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dunia usaha,” lanjutnya.
Kebijakan kedua, BI akan meningkatkan dan mendorong bank yang ikut dalam LCS untuk mengembangkan Domestic Non Delivery Forward (DNDF) dengan billateral currency.
“Selama ini DNDF hanya rupiah ke dollar saja, sehingga misalnya rupiah ke yen belum ada. Sementara itu, di Jepang sudah ada yen ke rupiah. Ini juga bagus untuk bisa mengembangkan instrumen hedging dalam trade and investment dengan menggunakan billateral currency bukan dolar,” ujar Perry.