Wiku Sebut Atasi Covid-19, Perlu Pahami Kurva Perjalanan Penyakit Infeksi

Wiku Sebut Atasi Covid-19, Perlu Pahami Kurva Perjalanan Penyakit Infeksi
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito hadir di acara Podcast BeritaSatu bersama dengan Pemimpin Redaksi BeritaSatu.com Aditya Laksmana Yudha (kiri), Jakarta, 1 Maret 2022. Prof Wiku Adisasmito menghimbau masyarakat agar tetap menjaga protokol kesehatannya. (Foto: BeritaSatu/Emral Firdiansyah)

JAKARTA, METROSIDIK.CO.ID — Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito mengatakan untuk mengatasi pandemi Covid-19, masyarakat harus memahami kurva perjalanan suatu penyakit infeksi. Menurutnya, pembelajaran di dunia berawal dari tindakan reaktif terhadap serangan tersebut atau kepada korban. Maka tindakan reaktif pertama adalah kuratif atau menyembuhkan.

“Berpikirnya saat terpapar dan tertular Covid-19, korban langsung ke rumah sakit, termasuk korbannya banyak dan akhirnya harus dimakamkan. Jadi semuanya itu reaksi darurat, padahal seharusnya di situ pelajari kenapa orang bisa tertular,” katanya dalam “Podcast Apa Adanya” bertajuk “2 Tahun Pandemi Covid-19, Membangun Mental Juara” seperti dikutip dari kanal YouTube B1 Plus yang dikelola Beritasatu.com, Rabu (2/3/2022).

Menurutnya, fasilitas kesehatan tidak akan mampu menangani jika mayoritas masyarakat menjadi korban Covid-19. Salah satu contohnya adalah kebutuhan oksigen yang meningkat, sehingga membuat sistem kesehatan bobol. Cara mengendalikannya berupa preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan). Hal ini mencakup memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan (3M) atau disebut protokol kesehatan (prokes).

Baca juga  Catat! Larangan Mudik Berlaku Besok, Menaker Ingatkan Pekerja Patuhi Aturan

“Hal itu sejak awal kita sudah melakukan di minggu pertama. Mencegah itu memang yang paling sulit dan ilmunya secara dunia paling sulit karena anggarannya sulit untuk dipertanggungjawabkan sebagai bentuk intervensi anggaran seperti apa untuk pencegahan ini,” urai Wiku.

Sementara yang lebih mudah adalah menambah tempat tidur (bed), membuat ventilator, oksigen dan lainnya. “Kalau yang preventif atau promotif itu intangible atau tidak terlihat, padahal itu adalah yang utama yang pertama,” kata dia.

Saat pertama, hanya orang-orang sakit saja yang memakai masker. Lalu terjadi perdebatan, akhirnya orang sehat juga harus memakai masker. “Saat awalnya kita harus bekerja cepat, dan kebetulan struktur penganggaran di BNPB berbeda dengan kementerian/lembaga lain. Artinya bencana tidak direncanakan, maka ada dana siap pakai dan ini yang biasa digunakan untuk bencana alam dan sekarang digunakan untuk bencana non-alam,” jelas Wiku.

Baca juga  Kapolri Akhirnya Cabut ST Soal Larangan Media Siarkan Kekerasan Polisi

Pada saat-saat seperti itu pemerintah reaksinya cepat. Untuk itu sebenarnya Covid-19 ini melakukan destruksi terhadap seluruh tatanan kehidupan yang ada. Salah satunya konteks anggaran karena virus tidak mengenal anggaran.

“Kita perlu alat pelindung diri (APD). Kita tak bisa hanya mengatakan ini harus dibeli, lakukan tender dan itu prosesnya lama. Maka melalui BNPB diadakan berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk memastikan bahwa pengadaan APD yang dibutuhkan oleh nakes itu perlu segera agar terlindngi dan jangan sampai menjadi korban,” ungkap Wiku.

 

jasa website rumah theme

Pos terkait