JAKARTA, METROSIDIK.CO.ID — Anak usaha PT Kalbe Farma Tbk, PT Kalbe Genexine Biologics (KGBio) memperoleh suntikan dana dari General Atlantic hingga US$55 juta. Berdasarkan kurs rupiah di Bank Indonesia (Jisdor) Rabu (27/1) yang berada di Rp 14.091 per dolar Amerika Serikat, jumlah investasi yang dikucurkan General Atlantic mencapai RP 775 miliar.
Kendati kedatangan investor baru, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Vidjongitus mengungkapkan bahwa kepemilikan KLBF di KGBio masih mayoritas.
“Kepemilikan Kalbe tetap mayoritas sekitar 60%, sisanya dipegang oleh Genexine dan General Atlantic,” jelas Vidjongitus kepada Kontan.co.id, Rabu (27/1).
Asal tahu saja, KGBio adalah perusahaan joint-venture antara Kalbe Farma dengan perusahaan bioteknologi uji klinik Korea Selatan bernama Genexine.
Sementara itu, General Atlantic merupakan perusahaan growth equity firm global yang menyediakan modal dan dukungan strategis untuk perusahaan yang sedang berkembang.
Dalam acara Interview Kalbe dengan General Atlantic yang digelar secara virtual Rabu (27/1), Direktur PT Kalbe Farma Tbk yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur KGBio, Sie Djohan, memaparkan bahwa Kalbe tetap menjadi pemegang saham mayoritas. Sementara Genexine dan General Atlantic menjadi signicant minority shareholder.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, seluruh dana yang digelontorkan General Atlantic akan masuk dalam bentuk saham utama. Dana itu akan digunakan untuk pembiayaan uji klinik produk-produk biologi, inovasi dan perluasan portofolio produk KGBio, serta peningkatan kapasitas fasilitas produksi.
“Uangnya semua untuk pengembangan KGBio ke depan, ini mencerminkan kepercayaan General Atlantic terhadap bisninya KGBio,” jelasnya, Rabu (27/1).
Lebih lanjut Sie Djohan mengungkapkan, obat biologi merupakan masa depan bagi bisnis farmasi Kalbe Farma. Oleh karena itu, langkah pengembangan dan inisiatif produk-produk KGBio akan memberikan dampak positif terhadap KLBF nantinya.
Termasuk, dalam sisi kinerja keuangan dan kinerja operasional secara tidak langsung.
Adapun KLBF sebagai induk perusahaan masih optimistis memandang bisnis kesehatan ke depan, khususnya untuk tahun 2021 ini. Menurut Vidjong, potensi pertumbuhan masih terbuka bagi KLBF.
Oleh karena itu, tahun ini KLBF mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 1 triliun yang berasal dari kas internal perusahaan.
“Capex untuk menyelesaikan pabrik di Myanmar dan pabrik alat kesehatan, pembangunan pabrik obat resep baru di Pulogadung, pengembangan distribusi dan logistik, dan teknologi informasi,” jelas Vidjong.
Ia berharap penjualan KLBF tahun ini akan lebih baik dibanding tahun 2020, begitu pula dengan labanya.
Sekadar informasi, hingga penutupan perdagangan Rabu (27/1), saham KLBF tercatat melemah 2,27% menjadi Rp 1.510. Saham KLBF telah terkikis 5,03% selama sepekan terakhir.
Sumber: