Upaya Optimal Mencari Puing dan Korban Sriwijaya Air

Puing-puing mesin pesawat Sriwijaya Air SJ182 ditemukan saat proses evakuasi di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Ahad (10/1).

 

Jatuhnya Sriwijaya Air membuat industri penerbangan nasional menjadi perhatian. Wakil Ketua Komisi V DPR Ridwan Bae menyampaikan faktor keselamatan industri penerbangan nasional sedang menjadi sorotan dunia.

“Oleh karena itu, Komisi V akan mendalami lebih jauh apa yang terjadi. Karena dari pandangan dunia terhadap Indonesia ada sedikit anggapan bahwa masalah penerbangan kita ini ada sedikit rawan,” ujar Ridwan Bae.

“Kejadian ini kita harapkan jangan pernah terjadi lagi, itu niatan kita, itu harapan kita dan bahkan harapan rakyat Indonesia,” ucapnya.

Ia mengatakan, setiap musibah yang terjadi di industri penerbangan kerap kali membuat khawatir pengguna moda transportasi udara. “Setiap kejadian seperti ini tentu menggetarkan jiwa rakyat Indonesia, menggelisahkan setiap melakukan penerbangan, apalagi bagi keluarga korban,” katanya.

Ridwan berharap, musibah jatuhnya pesawat tidak terjadi lagi ke depannya sehingga tidak membuat khawatir masyarakat dalam menggunakan moda transportasi udara. “Satu harapan kami bahwa ke depan tidak lagi terjadi hal-hal yang seperti ini sehingga rakyat Indonesia dalam suasana yang tenang dan tidak menimbulkan kegelisahan seperti sekarang ini,” ucapnya.

Pesawat Sriwijaya Air bernomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.

Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Jadwal tersebut mundur dari jadwal penerbangan sebelumnya 13.35 WIB. Penundaan keberangkatan karena faktor cuaca.

Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.

Baca juga  LIPI Berharap Peraturan Turunan UU Otsus Papua Perkuat Peran Gubernur

 

 

 

Sumber:

 

jasa website rumah theme

Pos terkait