METROSIDIK.CO.ID, BANDUNG — Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher meminta pemerintah berani mengumumkan masa pembatasan yang terukur terkait PPKM. Jangan sampai membuat rakyat galau dengan pembatasan yang bersifat mingguan.
“Penentuan kebijakan PPKM dalam masa satu minggu hanya membuat rakyat galau dan bingung karena tidak tahu sampai kapan kondisi membaik. Pemerintah seharusnya berani dan tegas menetapkan target waktu pengendalian pandemi hingga situasi membaik,” katanya dalam keterangan Senin (9/8/2021).
Ia mengatakan, pemerintah harusnya berani menyatakan kapan situasi membaik kepada masyarakat, dengan mengoptimalkan semua sumber daya di bawah otoritasnya.
“Yakinkan masyarakat bahwa dengan strategi dan upaya yang dilakukan pemerintah maka dalam waktu tiga bulan ke depan, misalnya, kondisi akan membaik dan PPKM level 3-4 dapat dihentikan,” kata Netty.
“Sebutkan dukungan apa yang diminta dari rakyat agar strategi pengendalian pandemi berhasil,” katanya melanjutkan.
Menurutnya, jika pemerintah tidak mampu membangun rasa aman dan menanamkan harapan pada rakyat akan situasi yang membaik, hal itu dikhawatirkan membuat masyarakat menjadi abai dan tidak peduli.
“Mayoritas indikator kesehatan saat ini menunjukkan bahwa PPKM Level 3-4 belum optimal dalam mengendalikan kasus COVID-19 di berbagai daerah. Positivity rate serta angka kematian masih konsisten di atas 1.000,” katanya.
Netty mempertanyakan efektivitas langkah dan strategi pengendalian pandemi yang dilakukan pemerintah mengingat sudah lebih dari satu bulan penerapan PPKM darurat dan PPKM level 3 – 4, namun indikator kesehatan di luar Jawa-Bali masih memprihatinkan.
Data yang diterima Netty menyebutkan, angka kematian di luar Jawa-Bali, juga meningkat. Bahkan pada 5 Agustus, angka kematian di Lampung lebih tinggi ketimbang di Bali, DI Yogyakarta atau pun Banten.
Politikus dari PKS itu juga menyinggung data rendahnya capaian testing di luar Jawa-Bali yang masih jauh di bawah standar WHO. Misalnya, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku, yang mana rasio tesnya hanya 0,9:1.000 penduduk per minggu.
“Target testing adalah 400 ribu per hari, tapi sampai sekarang hanya mampu di angka 200 ribu dan itu pun lebih terkonsentrasi di Jawa-Bali. Jangan sampai kasus COVID-19 di sana seperti abu dalam sekam,” ujarnya.
Ia juga menyoroti perihal vaksinasi untuk mencapai target herd immunity. “Pastikan ketersediaan stok vaksin di daerah-daerah dan siapkan skenario antisipasi kelangkaan vaksin akibat munculnya varian delta plus yang banyak ditemukan di negara-negara produsen vaksin,” katanya.