METROSIDIK.CO.ID, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7,07 persen secara tahunan (year on year/yoy). Capaian ini menjadi titik balik bagi Indonesia keluar dari resesi ekonomi, setelah mengalami kontraksi 4 kali berturut-turut sejak kuartal II-2020.
Meski demikian, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu dipengaruhi faktor dari basis pertumbuhan ekonomi yang rendah (low base effect) pada kuartal II-2020 yang terkontraksi dalam.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2021 ini juga tak lepas dari pulihnya semua mesin pertumbuhan pembentuk PDB. Tercatat konsumsi rumah tangga tumbuh 5,9 persen, investasi tumbuh 7,5 persen, ekspor meningkat di kuartal II dengan pertumbuhan mencapai 31,8 persen, dan impor tumbuh 31,2 persen.
Sementara dari sisi produksi, sektor manufaktur yang berkontribusi hampir 20 persen pada PDB sudah tumbuh 6,6 persen. Sektor lain dengan andil besar terhadap PDB seperti sektor perdagangan tumbuh 9,4 persen, dan sektor konstruksi dengan share 10,8 persen sudah tumbuh 4,4 persen.
Kemudian, sektor transportasi dan akomodasi tumbuh dobel digit sebesar 25,1 persen disebabkan oleh faktor base effect yang rendah di kuartal II 2020. Demikian pula sektor akomodasi, makanan dan minuman yang tumbuh 21,6 persen (yoy) dari -22 persen.