METROSIDIK.co.id — Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan ditutup melemah menembus level psikologis Rp14.000 per US$1.
Rupiah, kemarin sore, ditutup melemah 110 poin atau 0,79% ke posisi Rp14.020 dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp13.910 per US$1.
Analis Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Jumat, mengatakan, hari ini memang rupiah terkoreksi cukup dalam dan pertama kalinya berada di atas Rp14.000 per US$1.
“Ada kekhawatiran pelaku pasar terhadap pemberlakuan kembali pengetatan aktivitas ekonomi atau PSBB, khususnya untuk pembatasan di Jawa-Bali, karena adanya potensi lonjakan kasus infeksi covid-19,” ujar Rully.
Menurut Rully, akan ada kombinasi sentimen antara optimisme akan dimulainya vaksinasi dan lonjakan kasus yang diperkirakan terjadi di sekitar pertengahan Januari ini pascaliburan.
Rully menuturkan rupiah sebenarnya mengawali minggu pertama ini dengan cukup baik saat memasuki 2021. Salah satu faktor utama memang dipengaruhi perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama lainnya, seperti euro, yen, dan pound sterling.
Indeks dolar saat ini juga sedang berada di kisaran terendahnya sejak April 2018. Saat ini, indeks dolar dalam beberapa pekan sudah di bawah 90. “Sentimen risk-on dari ekspektasi perbaikan ekonomi tahun ini seiring proses vaksinasi yang sudah dimulai sejak Desember 2020,” kata Rully.
Diprediksi pada pekan depan rupiah mungkin akan bergerak di kisaran Rp14.000 hingga Rp14.100 per US$1.
“Sentimen domestik, yaitu penerapan PSBB dan kenaikan kasus covid-19 menjadi faktor utama,” ujar Rully.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp13.968 per US$1. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp13.968 hingga Rp13.025 per US$1.
Kenaikan berlanjut
Kondisi berbeda dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ditutup menguat, ditopang berbagai katalis positif dari global dan domestik.
IHSG menguat 104,2 poin atau 1,69% ke posisi 6.257,84. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 21,99 poin atau 2,3% ke posisi 979,31.
“Market sangat mengapresiasi keputusan Kongres AS yang mengesahkan kemenangan presiden terpilih Joe Biden. Market juga sangat mengapresiasi hasil perilisan data cadangan devisa RI per Desember yang meningkat menjadi US$135,9 miliar dari US$133,6 miliar pada perilisan sebelumnya,” kata analis Bina Artha Sekuritas M Nafan Aji Gusta.
Katalis positif lainnya, yaitu pelaku pasar masih menyambut baik periode January effect dan mengapresiasi komitmen pemerintah dalam mengoptimalkan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) serta optimisme terhadap pemulihan perekonomian, baik domestik maupun global yang juga disikapi positif oleh para pelaku pasar.
Analis lainnya, Dennies Christoper, mengingatkan masih adanya potensi kekhawatiran investor yang bakal segera diberlakukan pembatasan baru di Jawa dan Bali yang diperkirakan akan mengurangi aktivitas perekonomian.
“Secara teknikal terlihat masih ada potensi penguatan didukung stochastic yang melebar setelah membentuk golden cross. Namun, perlu diwaspadai karena masih ada kekhawatiran investor akan segera diberlakukan pembatasan baru di Jawa dan Bali yang diperkirakan akan mengurangi aktivitas perekonomian,” kata Dennies.
Sumber: