METROSIDIK.CO.ID, JAKARTA — Ketua Satgas Penanganan Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mencermati seputar varian Delta virus Covid-19. Ia menyebut varian Delta banyak ditemukan di dua provinsi.
“Dalam catatan saya, varian ini paling banyak ditemukan di Jakarta dan Jawa Tengah,” kata Prof Zubairi di akun Instagramnya, Kamis (17/6/2021).
Menurut Prof Zubairi, ada 104 kasus dari virus Covid-19 varian Delta tersebut.
“Untuk penelusuran, memang dibutuhkan whole genome sequence (WGS) atau sampel yang jumlahnya jauh lebih besar.
Prof Zubairi mengungkapkan seputar gejala dari varian Delta virus Covid-19 ini.
“Ada bukti studi yang menunjukkan kalau gejala varian ini beda dengan varian sebelumnya, seperti demam, batuk dan kehilangan penciuman. Varian DElta atau yang baru gejalanya lebih banyak sakit kepala, tenggorokan dan pilek, seperti kena flu berat,” ungkapnya.
Ia menyebut varian Delta lebih menular. Alasannya, karena varian ini memiliki mutasi yang membantunya menyebar sekaligus menghindari sistem imunitas secara parsial.
Apakah varian ini mengkhawatirkan?
Prof Zubairi menjelaskan berdasarkan analisis The Lancet menunjukkan bahwa risiko masuk rumah sakit dua kali lipat pada mereka yang memiliki varian Delta dibandingkan dengan Alpha.
“Risiko juga meningkat pada mereka yang memiliki komorbid,” jelasnya.
Lebih lanjut, Prof Zubairi memastikan vaksin melindungi kita dari varian Delta virus Covid-19.
“Kabar baiknya ya. Studi di Inggris terhadap belasan ribu orang yang terinfeksi Delta mengungkap itu,” ungkapnya.
Menurutnya, Pfizer-BioNTech memberikan 96 persen perlindungan. Sementara AStraZeneca memberikan perlindungan 92 persen.