Metrosidik-Anambas. Untuk kesekian kalinya masalah kesehatan di Anambas masih menjadi sesuatu yang sangat mahal, kayanya kabupaten ini ternyata belum bisa menjadi jaminan bagi seluruh masyarakatnya untuk menikmati kemudahan yang sangat mendasar yakni jaminan mendapatkan kesehatan. Si miskin dilarang sakit masih kerap menjadi gambaran yang tepat bagi masyarakat kecil yang begitu susah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pengobatan. Hal tersebut banyak pihak menilai karena kurang profesionalnya kinerja dinas terkait yang menanganinya.
Rumitnya mekanisme yang harus dilalui dan minimnya alat medis yang tersedia sering membuat masyarakat merasa bingung, kemudian ditambah lagi kurangnya sosialisasi kepada masyarakat membuat tingkat kepercayaan mereka kian menipis, keluhan-keluhan tentang sering terabainya pasien dalam proses perobatan sudah acapkali terdengar, namun karena masyarakat sangat butuh hal itu mau tidak mau harus mereka jalani.
Kurang respeknya Dinkes anambas menanggapi kasus pasien yang sering mengalami kesulitan dalam proses tindakan medis kini terjadi dan menimpa salah satu warganya yang berasal dari Palmatak. Nasib teragis yang menimpa seorang gadis berusia 21 tahun terbaring menanggung penderitaan karena penyakit yang di idapnya. Penyakit yang mengerogoti tubuh yang lemas ini adalah berupa tumor dibagian pinggul atau tulang tungkai.
Parlina adalah nama pasien menderita penyakit tersebut, kini dia sudah berada di Jakarta sedang menjalani perwatan dan menunggu jadwal operasi di rumah sakit Cipto Mangunkusumo.
Dari beberapa sumber informasi yang berhasil media ini himpun terkait kasus sempat terkatung-katungnya sang pasien untuk mendapatkan pengobatan. Panjangnya perjalanan yang telah di tempuh untuk bisa sampai ke RS Cipto Jakarta membuat keluarga hampir menyerah dan pasrah dengan keadaan yang menimpa si pasien.
Wajar rasanya jika keluarga merasa gelisah menunggu dari waktu ke waktu tentang kepastian keluarga yang sakit dan terkulai, bahkan untuk buang air sudah tak bisa lagi. Parahnya penyakit yang dialami si sakit ternyata tidak ada pelayanan khusus dari Pemda, dari Tarempa keluarga harus membawa menggunakan kapal perintis menuju Tanjungpinang dan dilanjutkan ke Batam sebagai tujuan dari rujukan yakni RS Embung Fatimah Batam. Setelah beberapa lama di Batam ternyata RS tersebut tidak bisa melakukan tindakan operasi sehingga pasien harus dirujuk ke Jakarta.
Kini Parlina yang terbaring sakit di Jakarta terpaksa harus mengontrak kamar kos, pasalnya rumah singgah yang ada di Jakarta belum jelas statusnya. Awalnya Parlina beserta kelurga yang mendampinginya sempat menumpang di Asrama Mahasisiwa Anambas yang ada diJakarta. Namun sayang parlina harus ngekos karena hanya dizinkan nginap selama 6 hari oleh ibu asrama.
Parlina berasal dari keluarga kurang mampu, pihak keluraga merasa kewalahan namaun apa daya keadaan sudah memaksa, pihak keluarga tetap akan memperjuangkan untuk kesembuhan Parlina.
Azet salah satu paman dari Parlina yang sempat di konfirmasi Media Rabu 21/Januari beliau mengatakan, pihak keluarga sudah kesulitan dengan permasalahan keuangan hingga beliau harus mencari sumbangan dari kampung kekampung. Azet juga mengatakan kalau beliau sudah pernah mengajukan berupa Proposal untuk bantuan hingga beliau harus mendatangai kantor-kantor Dinas yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas.
“Beberapa minggu lalu saya mendatangi setiap Kantor Dinas, namun saya tidak dapat menemui kepala dinasnya pak, karena mereka kebanyakan pergi Umroh ketanah suci.ya, walaupun demikian saya mensyukuri karena saya dapat mengumpulkan dana sebanyak 2 Juta rupiah walaupun ini jauh dari cukup”.Ungkap sedih Azet kepada Media
Pengobatan Parlina tidak lagi menggunakan Jaminan Kesehatan Daerah akan tetapi Parlina berobat dengan Jaminan BPJS yang hanya biaya pengobatan ditanggung pemerintah. Fitra/Salman
Jika saudara-saudara ingin berbagi untuk meringankan beban Parlina Hubungi Nomor Hp di dibawah ini
Azet ( 0821-7498-6025 )