JAKARTA, METROSIDIK.CO.ID — Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) resmi membentuk holding baterai listrik, Indonesia Battery Corporation (IBC). Holding ini sudah disiapkan sejak satu tahun terakhir.
Holding ini terdiri dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau MIND ID, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam, PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) alias PLN. Masing-masing perusahaan memiliki saham 25 persen.
“Saya rasa ini perjalanan yang panjang setahun yang lalu di mana kami melakukan transformasi,” ungkap Menteri BUMN Erick Thohir dalam konferensi pers, Jumat (26/3).
Ia menjelaskan transformasi itu semakin mudah dilakukan di masa pandemi covid-19. Untuk itu, pembentukan IBC berjalan lancar.
“Dengan adanya ev battery akan buat Indonesia lebih kuat dan bersahabat dengan ekonomi hijau,” imbuh Erick.
Selain itu, pembentukan IBC juga merupakan respons pemerintah terhadap kekayaan alam di Indonesia. Salah satunya nikel yang mencapai 24 persen dari total produksi di dunia.
“Sesuai arahan Pak Presiden, sering telat antisipasi kekuatan Indonesia sendiri. Tahun 1980-an industri kayu telat, tahun 1970-an industri perminyakan telat. Ini Alhamdulillah memanfaatkan momentum perubahan momentum ev battery,” jelas Erick.
Erick menjelaskan IBC saat ini sudah bermitra dengan Contemporary Amperex Technology (CATL) dan LG Chem. Keduanya akan berinvestasi untuk membuat pabrik baterai mobil listrik.
“Kami ada dua mitra CATL US$5 miliar dan LG US$13-17 miliar. Ini sebuah kemitraan yang besar sekali,” ucap Erick.
Erick menjelaskan kedua perusahaan itu akan memproduksi baterai listrik untuk mobil. Sementara, perusahaan Indonesia akan memproduksi baterai listrik untuk motor.
“Mobil Indonesia mengalah, tapi motor listrik dan stabilisator baterai Indonesia jadi leading sector,” imbuhnya.
Ia mengaku IBC akan membuka kerja sama dengan semua pihak. Erick bahkan berencana terbang ke Amerika Serikat (AS) bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Perdagangan M Lutfi untuk melihat potensi salah satu perusahaan di negara tersebut.
“Pertengahaan April Pak Menko, saya, Pak Menteri Perdagangan akan ke AS untuk melihat potensi dengan pihak di AS. Kami juga akan datangi Jepang,” ujar Erick.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury mengatakan total kapasitas pabrik ditargetkan mencapai 140 GwH pada 2030. Lalu, 50 GwH dari produksi battery cell akan diekspor.
“Sisanya kami berharap bisa digunakan industri baterai yang memproduksi EV. Potensi EV ini kan besar,” jelas Pahala.
Sumber: