METROSIDIK.CO.ID — Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani bicara soal dampak ekonomi global imbas kebijakan teranyar bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve atau The Fed yang menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin.
Langkah tersebut menjadikan suku bunga AS menjadi tertinggi sejak 1994. “Kalau di global dengan kenaikan suku bunga, pemulihan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi di Eropa dan AS mungkin akan negatif,” ujar Sri Mulyani usai mendampingi Presiden Jokowi menemui 8 ribu penerima program Kartu Prakerja, Jumat (17/6).
Terkoreksinya ekonomi kedua negara ini kemudian mau tidak mau juga akan berdampak pada sisi ekspor dan harga komoditas.
Kendati demikian, kebijakan makro yang dijalankan selama ini di dalam negeri, sudah termasuk untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed hingga 3 persen. Ini juga sudah diakomodir dalam perencanaan APBN 2023.
Sebelumnya, Sri Mulyani menilai ada sisi positif dari kenaikan suku bunga tersebut. Rasio utang pemerintah diyakini bisa turun lantaran penerbitan surat utang yang lebih sedikit.
“Penerimaan kita cukup kuat dan silpa cukup kuat, itu bisa mengurangi issuance (penerbitan) kita dari surat berharga. Sehingga dengan kenaikan suku bunga, tapi kemudian issuance kita lebih sedikit, kita berharap debt to (utang) GDP ratio bisa kita turunkan,” ujar Sri Mulyani.